hikayat ayah ibu

Monday 26 April 2010 4 comments
hari itu pasti melelahkan sekali.
laki-laki kurus kering itu berdiri tegar mendampingi istrinya yang sangat kepayahan.
menggenggam tangan istrinya erat sekali.
seakan tak akan pernah ia lepaskan lagi.
"bertahan yah. ini untuk kita."
istrinya mengangguk dan mengejan untuk kesekian kalinya.

"anak ibu laki-laki bu."
suara suster membangunkannya dari rasa lelah yg mendera.
ia menoleh ke kiri dan ke kanan mencari suaminya lalu tersenyum.
suaminya mengangguk.
dengan senyum yang lebih besar lagi dari istrinya.
sambil menggendong anak laki-lakinya.
"kemarikan anakku." ia berkata dengan lemah ingin melihat anaknya lebih jelas.
"tubuhnya kurus sekali." katanya.
"tenang saja. ia akan sehebat presiden yugoslavia itu. pasti." sang suami membela anaknya dan mulai mengumandangkan adzan di dekat telinga anaknya.

20 tahun kemudian.
laki-laki kurus kering itu telah menjelma menjadi lelaki gendut sedikit buncit berpakaian parlente.
istrinya,
wanita itu telah banyak beruban. walaupun cantiknya tak pernah berubah.
mereka berdiri.
memandang satu laki-laki kurus kering lagi.
laki-laki kebanggaan mereka.
penerus cita-cita mereka.
presiden yugoslavia mereka.
dengan senyum terkembang begitu lebar seraya berkata.
"kamu yang terbaik nak. semoga sukses."

mereka selalu mendoakan yang terbaik untuk kita.
memberikan yang terbaik untuk kita.
berusaha agar kita selalu bahagia.
kalo sudah begitu.
masih sanggup menyakiti hati mereka?

ayolah.
buat mereka tersenyum.
tak perlu banyak memberi.
bahkan sebuah ucapan terimakasih akan lebih dari cukup bagi mereka.
terimakasih atas segalanya yang telah mereka lakukan untuk kita.

lakukan itu.
dan rasanya akan begitu menakjubkan.
percayalah.

4 comments:

Post a Comment

 

©Copyright 2011 tidak terlalu naif | TNB